Minggu, 10 Oktober 2010

3. si jupri pegawai pabrik tahu

Taufik Akbar Siregar seorang anak menyalak "gaji kami belum dibayar!" pada majikannya yang juragan tahu
sore itu mengusik ketenanagan di gang sempit sebelah rumahku
sampai aku mematikan tapeku yang memainkan "stir it up" lagunya bob marley dan menyudahi buku "akulah angin engkaulah api" tentang sang maulana (rumi) yang kutelaah baru sampai halaman ke-17
aku sejenak terhenyak mendengar keadaan itu seakan roh dipaksa oleh malaikat pencabut nyawa keluar dari tubuhku
berani sekali anak itu menuntut haknya yang dibayar Rp. dua ratus ribu se bulan, pada majikannya
barangkali anak itu sangat membutuhkan uang untuk berobat ibunya yang sakit-sakitan dikampung
seperti yang ia pernah ceritakan padaku di jum`at-an kemarin
karena sudah tiga bulan gaji yang mestinya ia terima belum juga dibayarkan majikannya
memang tak seberapa, tapi baginya sangatlah berarti uang itu
separo untuk perobatan ibunya yang sakit, separo lagi ia tabungkan untuk bekal di masa depannya
sungguh miris memang melihat kehidupan ini
sentimen pribadi dijadikan kiblat untuk memperkaya nurani
kalu ditelisik secaa rasional saja, tak boleh anak di bawah usia produktif dijadikan sebagai pekerja
tapi apa kenyatannya?
masih saja ditemui anak-anak di bawah umur yang dipekerjakan
alih-alih soal perutlah yang mereka jadikan tameng untuk menangkis segala tudingan
miris bukan?
seharusnya mereka berekolah tuntut ilmu sampai dapat, bermain habiskan masa keil canda gurau tawa ria sebagai seorang anak
malah hak mereka dirampas kemudian digagahi doktrin akultural-industrialis
miris memang,
karena ini adalah ulah dari kemiskinan, kebodohan, korupsi dan kemelorotan moral bangsa itu sendiri,
yang masih banyak dijumpai di seluruh pelosok negeri
masalah ini jelas di hadapan mata tapi luput dari pengamatan pemerintah
soalnya mereka sekarang sibuk menjalin koalisi untuk memperebutkan RI 1
katanya koalisi untuk negeri padahal untuk kepentingan peribadi
munafik...!
kasihan sekali si jupri, kalu saja bersekolah baru dudukdi kelas 6 SD
sudah bergelut dengan munafiknya kehidupan
harus mempekerjakan tangan kecilnya untuk menghasilkan sesuatu yang dinamakan "uang"
anak dengan segudang cita-cita dalam benaknya
terus berharap mimipinya jadi kenyataan
kapan harapan itu menghampiri si jupri?
harapan untuk mendapatkan surga dan kedamaiannya
semoga saja harapan itu menghampiri si jupri dan segelintir mereka-mereka yang di luar sana
mereka-mereka yang tak mampu lagi berharap
 http://www.facebook.com/topic.php?uid=72035728265&topic=8715

Tidak ada komentar:

Posting Komentar